Secara umum, matematika berkaitan erat dengan pendidikan. Konsep yang ada pada matematika dapat dipelajari serta dipahami di sekolah namun, tidak hanya di sekolah saja melainkan melalui kehidupan sehari-hari secara tidak langsung matematika telah melekat dalam masyarakat. Etnomatematika adalah “matematika terapan” yang berkembang dalam kelompok budaya yang dapat diidentifikasi seperti masyarakat suku bangsa, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas profesional”. Singkatnya etnomatematika merupakan bentuk matematika yang telah terlebur dalam kebudayaan. Berikut contoh penerapan etnomatematika pada ruang vektor :
1. Rumah Baduy
Etnomatematika merupakan penggunaan nilai-nilai matematika dalam suatu kebudayaan yang ada pada suatu lingkungan masyarakat. Pada tahun 1977 etnomatematika mulai diperkenalkan oleh seorang matematikawan Brazil yang bernama D’Ambrosio. Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, hampir seluruh masyarakat Indonesia menggunakan etnomatematika. Secara umum, rumah adat suku Baduy memiliki struktur bangunan yang tinggi seperti rumah panggung
dengan material menggunakan bahan-bahan dari alam. Rumah masyarakat Baduy bersifat terbuka bagi
orang sekampung karena orang Baduy sangat erat kekerabatannya dalam masyarakatnya sehingga seluruh
warga dianggap keluarga sendiri. Hal ini mencerminkan kondisi rumah yang terdapat di pedesaan pada
umumnya. Aspek-aspek matematis ruang vektor pada rumah suku baduy adalah dinding rumah yakni sebagai berikut:
Translasi merupakan suatu transformasi yang digeser atau dipindahkan sejauh jarak dan arah yang sama.
Gambar a memuat penerapan transformasi geometri yaitu translasi. Bangun datar 2 merupakan salah satu
hasil translasi dengan suatu vektor tertentu. Pada gambar b, titik A dan titik B merupakan representasi titik
pada bangun datar 1, sedangkan titik A’ dan titik B’ adalah hasil translasi dengan suatu vektor tertentu.
Sumber: M Sekarpandan, H E Wardani, and Christina Putri Setyani, “Eksplorasi
Etnomatematika Pada Rumah Adat Baduy Di Kabupaten Lebak Banten,” Eksplorasi Etnomatematika pada Rumah Adat
Baduy di Kabupaten Lebak Banten 5 (2022): 282–289,
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/54170%0Ahttps://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/download/54170/21025.
2. Pola Batik Keraton Surakarta
Sumber gambar :https://id.wikipedia.org/wiki/Batik_keraton
Etnomatematika memberikan peluang pengkajian batik dari dua sudut pandang, yaitu kebudayaan
dan matematika. Batik keraton (dikenal juga dengan istilah batik larangan atau batik vorstenlanden) adalah batik yang berkembang dalam lingkungan keraton, baik Yogyakarta maupun Surakarta. Batik keraton merupakan awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung beragam makna filosofi hidup yang banyak terilhami dari kebudayaan Hindu-Jawa. Batik-batik ini dibuat oleh para putri keraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan keraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk digunakan oleh orang “biasa” seperti motif Batik Parang Barong, Batik Parang Rusak termasuk Batik Udan Liris, dan beberapa motif lainnya. Berikut aspek-aspek matematis pada pola batik keraton Surakarta:
Gambar a. Analisis Pola Simetri Batik Sidamukti
Batik-batik yang memiliki pola simetri antara lain batik wirasat, batik sidamukti, batik sidaasih, dan batik sidamulya. Pola ini
tidak memiliki rotasi, refleksi, ataupun
pantul geser. Sebagai ilustrasi, pola ini
ditunjukkan oleh pola simetri batik
Sidamukti yang ditunjukkan Gambar a.
Motif batik tersebut diperoleh dengan
menggeser secara berulang pola dasarnya,
yang ditunjukkan oleh segiempat berwarna
hijau, dengan menggunakan dua vektor
translasi: vektor pertama adalah vektor
yang berwarna biru dan vektor kedua
berwarna kuning.
Gambar b. Analisis Pola Simetri Batik Parang
Canthel
Pola ini dimiliki
oleh batik Parang Pamor dan batik Parang
Canthel. Pola kedua batik ini memiliki
rotasi, tetapi tidak memiliki sumbu refleksi
maupun pantul geser. Kedua pola dalam
batik ini sama-sama memiliki rotasi terkecil
sebesar 180°. Sebagai ilustrasi, analisis
simetris motif batik Parang Canthel
ditunjukkan oleh Gambar 5. Pusat rotasi
motif batik tersebut ditunjukkan oleh
noktah berwarna kuning. Sinar berwarna
hijau dan biru menunjukkan vektor
translasi motif tersebut.
Sumber: Maria Glory Astriandini and Yosep Dwi Kristanto, “Kajian Etnomatematika
Pola Batik Keraton Surakarta Melalui Analisis Simetri,” Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika 10, no. 1 (2021): 13–24.
Posting Komentar
Posting Komentar